Mengolah Daun Kering yg Berhasil jadi Barang Kerajinan Souvenir

Mengolah Daun Kering yg Berhasil jadi Barang Kerajinan Souvenir
Mengolah Daun Kering yg Berhasil jadi Barang Kerajinan Souvenir - Sbg anak yatim sejak mungil, anak semata wayang ini sudah terlatih hidup mandiri sejak musim kanak-kanak. Ibunya yg ketika itu bekerja juga sebagai pembantu hunian tangga, menguatkan keinginannya biar nanti dapat jadi anak yg mampu mensejahterakan ibunya.

Berwirusahalah bersama gigih, penuh ketekunan, tak mudah menyerah, & senantiasa menanggapi segala kondisi & kepentingan dgn kreatif, & mempunyai mimpi berhasil. Dewi Tanjung Sari (33) ialah jenis orang yg gigih memperjuangkan cita-citanya yang merupakan pewirausaha berhasil. Dirinya sudah mengawali business sejak awal kuliah di Acara Diploma III, Kampus Brawijaya Malang, seterusnya mengembangkan usahanya bersama beraneka ganjalan & gangguan, menyambung kuliah lagi di trayek yg sama di IKIP Budi Utomo.

Produk-olahan-daun-menjadi-souvenir

Seluruhnya berawal dari keinginannya buat mencari duit, menopang ibunya yg waktu itu sejak mulai terhubung warung, & berjualan kecil-kecilan buat budget hidup & kuliahnya. Sejak masuk kuliah di Acara Diploma Univeristas Brawijaya, th 2003, Dewi tidak jarang sepulang kuliah mencari daun-daun kering, limbah yg tidak sedikit berserakan di kampusnya utk diperlukan beraneka ragam product kerajinan.

Daun-daun kering tersebut dibersihkan, setelah itu dikeringkan & dibentuk jadi pigura photo, kotak pensil, undangan, & wujud kerajinan yang lain. Aset utk menciptakan kerajinan tersebut serta tak tidak sedikit, cuma Rupiah. 50 ribu. Hasil kerajinan tersebut dia menjual terhadap kawan-kawan di kampusnya. Bahkan dalam suatu pameran product kerajinan yg diadakan dikampusnya, kerajinan milik Dewi yg dipasarkan seseorang kawan nyata-nyatanya habis terjual.

Sebuah hri di th 2005, dirinya berjumpa dgn satu orang yg jadi eksportir produk-produk kerajinan yg terbuat dari beragam limbah. Dia selanjutnya mendapatkan pesanan pelaksanaan kerajinan dari daun kering beraneka wujud pass tidak sedikit. Dari sinilah awal usahanya berkembang. Semula seluruh gerakan dia melakukan sendiri, tapi dikarenakan permintaannya lumayan tidak sedikit dia seterusnya melibatkan 16 orang karyawan lepas yg sebahagian gede yaitu para tetangganya utk menciptakan product kerajinan pesanan buat ekspor tersebut.

Tetapi di luar dugaan, thn 2007 perusahaan eksportir yg biasa memesan hasil kerajinan kepadanya nyatanya bangkrut. Dewi bingung macam mana mesti mengelola orang & product yg telah dibuat. Dia pun berfikir dengan cara apa menambahkan usahanya.

Utk sementara dirinya menghentikan aktivitas produksi & coba memasarkan sendiri produknya ke bermacam macam rekan. Beliau serta memajang product di warung ibunya, yg berhadapan dgn suatu kantor. Ketika ada orang yg belanja di warung ibunya & tertarik dgn salah satu product hasil kerajinan product Dewi. Tamu tersebut seterusnya memesan jumlahnya 750 pcs dgn harga Rp1500/pcs yg bakal difungsikan buat merchandise perkawinannya. Bukan main-main senangnya.

Kala itulah dia menyiapkan product merchandise & memberinya label sendiri bersama label De Tanjung. Terhadap label tersebut tercantum telephone, alamat, juga web yg dibuatnya dengan cara sederhana. diluar itu beliau serta menitipkan produk-produknya ke Gramedia, pusat-pusat kerajinan secara penjualan konsinyasi, akhirnya pass laku di pasaran.

Beliau pula rajin menghadiri event fashion show pula wedding expo yg diadakan di beraneka ragam kota buat mengetahui tren pun perkembangan terkini dalam industri yg tentang bersama wedding. Bahkan dengan cara periodik Dewi serta bekerja sama peragawati utk laksanakan pameran souvenir & card undangan perkawinan. Elemen ini dirinya jalankan sebab pernak-pernik, souvenir & card undangan perkawinan telah jadi pola hidup, khususnya utk kalangan menengah atas. Buat memberikan pelayanan cocok biaya pelanggan, anak tunggal pasangan alhamrhum Adi & Suharti ini sediakan aneka product dari harga Rp3ribu sampai Rp50 ribu per pcsnya.

Buat menambah area & skala usaha, Dewi sudah mengembangkan usahanya bersama system Franchise, & sebahagian agung mitranya yakni para pelanggannya yg sekarang ini sbg franchisee di Malang, Bontang, Palu, Bekasi, Cirebon, bahkan Papua.

Omzet usahanya pun kian meningkat dari Rupiah. 650 juta terhadap th 2008 meningkat jadi Rupiah. 935juta kepada thn 2009, & th 2010 dulu omzetnya tembus mencapai Rupiah. 1,1 miliar dgn keuntungan bersih mencapai Rupiah. 273juta.

Suatu kebanggaan bagi Dewi, sekarang dirinya dapat memberikan arena lapang tugas bagi 52 orang yg bekerja dari usahanya. Sebahagian gede keryawannya yakni anak-anak bujang yg berada disekitar ruangan tinggalnya.“Bagi aku karyawan-karyawan inilah yg meringankan business aku berkembang lebih agung,” ujarnya.

Keberhasilan yg sukses dicapai Dewi saat ini ini, tak terlepas dari besar nya tekad yg Dirinya punyai & keberaniannya buat serta-merta cobalah segala bisnis. Mudah-mudahan info kisah berhasil pebisnis yg sukses mengembangkan gagasan kreatif, kesempatan business berhasil mengolah limbah menjadi rp ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca & inspirasi seluruhnya penduduk Indonesia utk serta-merta mengawali bisnis. Maju tetap industri kreatif Indonesia & salam berhasil.
http://www.jefrihilda.my.id/2015/10/bisnis-kerajinan-tangan-modal-kecil.html

0 Response to "Mengolah Daun Kering yg Berhasil jadi Barang Kerajinan Souvenir"

Posting Komentar

wdcfawqafwef